Thursday, July 12, 2007

SMS

SMS pertama diuji coba pada Desember 1992. Pesan itu dikirim dari sebuah PC ke sebuah telepon seluler dalam jaringan GSM milik operator seluler Vodafone di Inggris. Tak ada yang menyangka bahwa hal itu akan menjadi dasar dari satu aplikasi terpenting komunikasi nirkabel. Nyatanya, selama 13 tahun kemudian, pemanfaatan short messaging service terus melambung.Mengacu perkiraan Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia, SMS akan menyumbangkan pendapatan kepada operator sekitar Rp10 triliun tahun ini. Dengan asumsi tarif antara Rp250-Rp350 per pesan, maka akan terkirim setidaknya 28 miliar pesan dalam satu tahun. Jadi, rata-rata, terkirim setidaknya 75 juta pesan setiap hari dari sekitar 40 juta pelanggan seluler di Indonesia. Angka trafik yang signifikan dalam meningkatkan kualitas komunikasi dan penyampaian informasi dalam meningkatkan perikehidupan pengguna.Sejatinya, pesan singkat SMS merupakan bagian dari kemampuan standar GSM fase pertama. Menurut standar itu, satu pesan menampung maksimal 160 karakter untuk huruf Latin dan 70 karakter untuk huruf lainnya, seperti huruf Arab dan China.Kemampuan pengiriman pesan dua arah, menjadi faktor terpenting yang mendorong perkembangan SMS. Pesan singkat searah, sebenarnya sudah dapat dinikmati oleh pengguna radio panggil (pager). Namun, pengguna pager umumnya tidak bisa melakukan kiriman pesan balik, hanya bisa menelepon balik.SMS juga langsung menggantikan peran telegram, mode pengiriman pesan yang transmisi antarterminal seketika (real time) tetapi dalam bentuk fisik teksnya butuh waktu penyampaian beberapa jam atau bahkan beberapa hari.Faktor teknis yang pendorong pertumbuhan SMS a.l. interkoneksi antaroperator; adopsi oleh semua pabrikan handset; antar muka (interface) yang ramah pengguna; adopsi oleh beragam penyedia konten; modifikasi menjadi pesan panjang, gambar dan dering sederhana; tersedianya delivery report baik manual maupun otomatis; serta kebutuhan bandwidth yang relatif kecil.Di sisi lain, penyedia handset telah berhasil mengatasi berbagai kesulitan bagi pengguna dalam melakukan pengetikan pesan singkat dengan 12 tombol.Sedangkan faktor psikologis yang mendukung a.l. biaya yang terkesan murah (meskipun bisa juga dimaknai sebagai sangat mahal); skema tarif yang sangat sederhana dan mudah dimengerti oleh konsumen; serta tidak mengenal biaya roaming nasional ketika voice masih ada roaming.Berbagai keunggulan di atas belum dimiliki oleh MMS (multimedia messaging service) sehingga layanan pesan multimedia itu belum bisa menggantikan peranan pesan singkat SMS.Yang tak kalah menakjubkan, SMS mengalami pertumbuhan sangat pesat praktis tanpa terkait dengan penurunan tarif. Buktinya, sejak pertama diperkenalkan di Indonesia, tarif SMS relatif tetap.as, misalnya satu wilayah, sementara pesan SMS bisa dikirim dari mana saja tanpa terikat wilayah.